Showing posts with label Artikel. Show all posts
Showing posts with label Artikel. Show all posts

Ari Setya Ardhi | Presiden Penyair Jambi

Teman-teman, kalia suka membaca puisi?

jika ya, kalian pasti tahu siapa Presiden Penyair Jambi. 

Oh, memangnya Jambi punya presiden penyair?

Siapakah namanya?


        Ya, Namanya Ari Setya Ardhi. Dari tangannya, lahir ratusan puisi, puluhan cerpen, dan tulisan lainnya. Sebagian tulisan-tulisan itu telah dibukukannya. Sebagai tulisannya yang lain dimuat di berbagai media daerah dan nasional. Ari Setya Ardhi memang sangat produktif dalam menulis, terutama puisi atau syair. Ia sering mengadakan acara-acara kesustraan. Ia juga rajin menghadiri even-even sastra yang digelar di berbagai daerah. Tak heran jika kemudian mendapat julukan Presiden Penyair Jambi dari teman-temannya sesama penyair, gelar yang terus melekat ke mana pun ia pergi.


        Ari Setya Ardhi lair di Jakarta, 31 Mei 1967. Ia terlahir dari keluarga cukup berpendidikan. Ayahnya bernama Bapak Oentoeng Setyawaka, anak dari Menteri Pendidikan di zaman Orde Lama, Bapak Ki Sarino Mangunsarkoro. Ibunya bernama Bu Anni Abundjani. Bu Anni adalah putri dari Pahlawan Nasional asal Jambi, Bapak Kolonel Abundjani.


        Orangnya ganteng meskipun kurang memperhatikan masalah penampilan. Rambutnya dibiarkan gondrong sebahu, tidak berkumis, dan selalu terseyum. Orangnya mudah akrab dang sangat hormat pada orang lain. Ia tidak suka bertengkar. Sikapnya hangat dan penuh persahabatan. Usianya baru tiga  puluh sembilan tahun ketika Tuhan memanggilnya. Masih cukup muda. Mungkin sebaya dengan ayah atau ibu kita. Kita panggil saja : Om Ari. 


        Om Ari merupakan satu-satunya anak laki-laki dari keluarga itu. Keduanya saudaranya perempuan. Tak heran jika ia begitu disayang oleh seluruh keluargannya. Sebaliknya, Om Ari juga sangat menyayangi orang tua dan kedua saudarannya. Seharunsya memang begitu,kan? Kita mesti saya pada keluarga kita.


        Pada masa kecil Om Ari dijalaninya di berbagai kota. Dikarenakan orang tunaya yang memiliki tugas dan pekerjaan yang menentutnya demikian. Oleh karena itu, Om Ari juga harus berpindah-pindah sekolah. Om Ari menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Kanisius Ungaran Semarang. Kemudian melanjutkan sekolah menegah pertama di SMPN 73 Jakarta, tamat dari sekolah melanjutkan di tingkat atas di Taman Madya Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta. Om Ari pernah kuliah Universita Islam Yogyakarta Fakultas Ekonomi dan Akademi Seni Drama dan Film. Namun sayang Om Ari tidak Sampai tamat. Om Ari Selalu gelisah mencari identitas diri. Om ari pernah juga berada di Darwin Australia, untuk beberapa saat. Barulah pada tahun 1989 Om Ari hijrah ke Jambi dan meneruskan kuliahnya di Universitas Batanghari ( UNBARI). 

        

Share:

Kritik Sastra

          Kritik sastra adalah bagian dari ilmu sastra. Istilah lain yang sering digunakan para pengkaji sastra untuk hal yang sama ialah telah sastra, kajian sastra, analisis sastra, dan penelitian sastra. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menghindari kata kritik yang terkesan negatif, terkesan menghakimi. Tampaknya masyarakat kita masih belum terbuka hati dengan kata kritik. Kata kritik dianggap kata yang bermakna negatif karena menilai sesuatu dari sisi kekurangan dan kelemahannya, menghakimi seseorang atas kekurangannya sehingga orang yang dihakimi tidak dapat berkembang. Kata kritik dianggap sebagai suatu yang destruktif, bermakna tajam, dan menjatuhkan seseorang. Padahal sebenarnya pengertian kritik sastra tidaklah demikian. Seseorang yang terbuka hatinya untuk dikritik dia akan merasa bahwa dengan dikritik dia akan memperoleh masukan tentang kekurangan atau kelemahannya, bahkan juga keunggulannya. Dengan demikian ia akan berusaha memperbaiki kekurangan dan kelemahannya sehingga karyanya akan menjadi lebih baik dan ia akan menjadi orang yang sukses dalam bidangnya. Demikian halnya dengan pengertian kritik, khususnya dalam kritik sastra.

    Menurut H.B. Yasin, kata kritik dalam kritik sastra bermakna pertimbangan baik buruknya suatu karya sastra, pertimbangan kelemahan dan keunggulan karya sastra. Melalui kritik sastra, penulis akan mengembangkan dirinya menjadi penulis yang menyadari kelemahan dan sekaligus keunggulan dirinya dalam menghasilkan karya sastra. Demikian juga Andre Hardjana (1981) mendefinisikan kritik sastra sebagaihasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran secara sistemik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis. Kata ‘pembaca’ di sini ditekankan karena kritik sastra bukanlah hasil kerja yang luar biasa dari penulisnya yang dapat disetarakan dengan penulis karya sastra itu sendiri. Setiap pembaca dapat saja membuat kritik terhadap karya sastra yang dibacanya tetapi belum tentu ia dapat masuk ke dalam nilai-nilai hakiki karya sastra tersebut kalau dia tidak mendalami dan menilai pengalaman kemanusiaan yang terdapat di dalamnya.

     Dengan pengertian seperti itu, lambat laun kata kritik dalam pengertian kritik sastra digunakan secara meluas. Apalagi dengan terbitnya buku Analisis yang dilaksanakan oleh H.B. Yasin, serta buku Kritik dan Esei Kesusastraan Indonesia,buku yang memuat kritik dan ulasan cerpen dan novel-novel Indonesia yang banyak digunakan kalangan akademisi, menyebabkan istilah kritik sastra digunakan secara meluas sebagai bagian dari ilmu sastra.

    Semi (1984), mengemukakan bahwa istilah kritik sastra telah mengalami usia yang cukup panjang. Dalam bahasa Yunani, istilah ini telah dikenal pada tahun 500 sM, yaitu krineinyang berarti menghakimi, membanding, dan menimbang. Kata ini menjadi dasar kata kreterion, yang berarti dasar, pertimbangan, penghakiman. Orang yang melaksanakan pertimbangan, penghakiman, disebut kritesyang berarti hakim. Dari kata kritesinilah istilah kritik digunakan sampai sekarang. Orang yang melakukan kritik terhadap karya sastra disebut kritikus sastra.

    Kegiatan kritik sastra pertama kali dilakukan oleh bangsa Yunani yang bernama Xenophanes dan Heraclitus. Mereka mengecam pujangga Yunani yang bernama Homerus yang gemar menceritakan kisah dewa-dewi. Para pujangga Yunani menganggap karya-karya Homerus tentang kisah dewa-dewi tidak baik dan bohong. Peristiwa kritik sastra ini diikuti oleh kritikus-kritikus berikutnya di Yunani seperti Aristophanes( 450-385 sM), Plato (427-347 sM), dan Aristoteles murid Plato (384-322 sM).

    Bukutentang kritik sastra yang dianggap cukup lengkap dan merupakan sumber pengertian kritik sastra modern ialah karya Julius Caesar Scaliger (1484-1585) yang berjudul Criticus.Di dalamnya memuat tentang perbandingan antara pujangga-pujangga Yunani dan Latin dengan titik berat kepada pertimbangan, penyejajaran, dan penghakiman terhadap Homerus. Kemudian muncul pula istilah criticismyang digunakan penyair Jhon Dryden (Inggris, 1677). Semenjak itu istilah criticismlebih banyak digu-nakan dari pada istilahcritickarena dianggap memiliki pengertian yang lebih fleksibel.

    Di Indonesia istilah kritik sastra secara akademis baru dikenal pada sekitar awalabad kedua puluh setelah para sastrawan memperoleh pendidikan sastra di negara barat. Tetapi bukan berarti belum pernah terjadi kritikan terhadap karya pujangga pada masa sebelumnya. Dibakarnya syair-syair Nuruddin Ar-Raniri yang memuat ajaran mistik yang bertentangan dengan ajaran agama Islam, dilarangnya beredar buku sastra suluk Jawa, Kitab Darmaganduldan Suluk Gatoloco, juga karena tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, serta dilarangnya beredar buku-buku sastra oleh pemerintah karena dianggap bertentangan dengan kepentingan umum dan negara, membuktikan bahwa kegiatan kritik sastra telah pernah ada sebelumnya. Tentunya kegiatan kritik sastra seperti itu tidak dapat digolongkan ke dalam kritikan sastra dalam arti yang sesungguhnya karena tidak berbentuk tulisan dan tidak menggunakan sistematika kritik sastra.

    Adanya kriteria yang digunakan dalam kritik sastra dimaksudkan agar hasil dari kritikan tersebut merupakan penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan dan bukan hanya bersifat pendapat pribadi. Dari penilaian yang bersistem dan berkriteria diharapkan mutu karya sastra yang dikritik secara keseluruhan menjadi lebih baik, dan bagi penulisnya merupakan suatu masukan untuk memperbaiki penulisannya dan merasa ditantang untuk menghasilkan karyanya lebih baik lagi.

    Sekarang, dalam dunia kesusastraan sudah mulai muncul budaya penulis untuk dikritik hasilkaryanya. Di kota-kota besar para sastrawan telah mulai melakukan bedah buku untuk melihat kelemahan dan keunggulan karyanya. Dengan mengundang para kritisi sastra, bersama dengan penerbitnya, mereka menggelar acara bedah buku atau telaah buku yang ditulisnya. Dengan demikian, forum ini di samping berfungsi sebagai arena telaah bukunya juga berfungsi sekaligus sebagai promosi bukunya yang baru terbit. Dari sisi ini terlihat bahwa budaya dikritik sudah mulai berterima di kalangan masyarakat sastra.

    Untuk membuat suatu kritik yang baik, tentunya diperlukan kemampuan mengapresiasi sastra, pengalaman yang banyak dalam menelaah, menganalisis, mengulas karya sastra, penguasaan dan pengalaman yang cukup dalam kehidupan yang bersifat nonliterer, serta tentunya penguasaan tentang teori sastra. Dengan demikian kritikan yang diberikan terhadap suatu karya sastra menjadi kritikan yang bermakna bagi pengembangan karya sastra itu sendiri.

    Contoh:Salah satu contoh kritik sastra dapat Anda baca pada kutipan kritik HB.Yasin dalam bukunya analisis terhadap cerita pendek Rijono Pratiknjo yang berjudul Kepanjangannya berikut ini.

Rijono telah berhasil menambat hati pembaca dan menimbulkan rasa ngeri sampai akhir cerita. Daya penambat inilah kekuatan Rijono Kita pun percaya bahwa banyak kerahasiaan di balik kehidupan kita yang lahir ke dunia ini.Tapi setelah dikatakannya bahwa apa yang diceritakannya hanyalah mimpi, kita pun merasa kecewa dan tertipu. Inilah yang saya anggap sebagai kekurangan dalam cerita ini. Kita tidak keberatan terhadap irealisme, tetapi irealisme yang tulen. 

HB. Yasin, Analisis Sorotan atas Cerita Pendek

    Di dalam kritik HB. Yasin terhadap cerita pendek Rijono Pratiknjo, terlihat kata-kata pertimbanganyang digunakan HB. Yasin secara bergantian untuk menyatakan keunggulan dan kelemahan penulis dalam menulis cerpennya. Untuk menyatakan keunggulan penulis dia menggunakan ungkapan ‘Rijono berhasil menambat hati pembaca’, ‘Daya penambat inilah kekuatan Rijiono’. Untuk menyatakan kelemahan penulis ia pun mengemukakan, ‘ Kita merasa kecewa dan tertipu’, ‘ Inilah yang saya anggap sebagai kekurangan dalam cerita ini’. Kita tidak keberatan dengan irealisme, tetapi irealisme yang tulen. Gaya HB Yasin dalam mengemukakan kritik terhadap cerpen Rijono prakteknya antara memuji dan menyatakan kelemahan dikemukakan dengan halus dan bergantian sehingga penulis merasa bahwa ia tidak dikritik melainkan diberikan masukan dengan cara halus sehinggatidak timbul kesan bahwa kritikan menghakimi atau mencela hasil karyanya, bahkan ia merasa bahwa hasil tulisannya mendapat tanggapan yang baik oleh kritikus sastra sebagai bahan untuk perbaikan selanjutnya. 



Sumber : http://repository.ut.ac.id/

  

Share:

METODE OBSERVASI (PENGAMATAN)

A.    Pengertian dan Ciri-ciri

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Dalam hubungan itu Yehoda dan kawan-kawan menjelaskan, pengamatan akan menjadi alat pengumpulan data yang baik apabila:

1)      Mengabdi kepada tujuan penelitian

2)      Direncanakan secara sistematik

3)      Dicatat dan dihubungkan dengan proposi-proposi yang umum

4)      Dapat dicek dan dikontrol validitas, relibilitas dan ketelitiannya


Di lain pihak Good akta mengemukakan ciri-ciri pengamatan dalam penelitian sebagai berikut:

1)      Mempunyai arah yang khusus

2)      Sistematik

3)      Bersifat kuantitatif

4)      Diikuti pencatatan segera ( pada waktu observasi  berlangsung )

5)      Menuntut keahlian

6)      Hasilnya dapat dicek dan dibuktikan

B.    Petunjuk untuk Mengadakan Pengamatan

Untuk mengadakan pengamatan yang baik agar memperoleh data yang representatif Rummel memberikan petunjuk sebagai berikut:

1)      Memiliki pengetahuan apa yang akan diobservasi ini dimaksudkan untuk menentukan terlebih dahulu apa-apa yang harus dioservasi

2)      Menyelidiki tujuan penelitian (baik umum maupun khusus)

3)      Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi penelitian harus memilih cara mana yang dipandang paling efektif dan efisien, apakah Anecdotal record, chek lists, rating scale atau yang lain.

4)      Membatasi macam tingkat katgori secara tegas

5)      Berlaku sangat cermat dan sangat kritis

6)      Mencatat setiap gejala secara terpisah ini dimaksudkan supaya gejala yang dicatat tidak dipengaruhi oleh situasi pencatatan, karena keadaan atau kondisi waktu mencatat dapat berpengaruh kepada observer

7)      Mengetahui sebaik-baiknya alat-alat pencatatan dan cara penggunaannya sebelum observasi dilakukan

C.    Jenis Observasi

Di dalam penelitian jenis teknik observasi yang lazim digunakan untuk alat pengumpulan data ialah:

1)      Observasi Partisipan
observasi ini sering digunakan dalam penelitian eksploratif. Yang dimaksud observasi partisipan ialah apabila observasi (orang yang melakukan obsevasi) turut ambil bagian atau berada dalam keadaan obyek yang diobservasi (disebut observees).

2)      Observasi sistematik
ciri pokok observasi sistematik adalah adanya kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorinya, karenanya sering disebut obsevasi berkerangka/observasi berstruktur.

3)      Observassi eksperimental
observasi eksprimental adalah observasi yang dilakukan di mana ada observer mengadakan pengendalian unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuanpenelitian dan dapat dikendalikan untuk menghindari atau mengurai timbulnya faktor-faktor yang secara tak  diharapkan mempengaruhi situasi itu

D.   Alat-alat Observasi

Pada dasarnya macam allat observasi adalah sebagai berikut:

1)      Anecdotal record

2)      Catatan berkala

3)      Check lists

4)      Rating scale

5)      Mechanical devices

Share:

Louis Awad dan Bangsa Arab

Pada tahun 1980 Dr. Louis Awad menulis sebuah buku yang berjudul Muqoddimah Fi Fiqh al-Lughoh al-Arobiyah diterbitkan pertama kali oleh al-Hai’ah al-Misriyah al-Ammah Li al-Kitab.Namun pada tahun 1981 buku ini dilarang beredar di Negara Mesir.Di dalam buku tersebut pada bab pertama Dr. Louis Awad membahas tentang “Bangsa Arab dan bahasanya”. Dalam pembahasan tersebut, beliau memutarbalikkan fakta-fakta sejarah dan mencoba mengaburkan kebenaran tentang bangsa Arab.

 Dalam Bab Pertama dalam buku Muqoddimah Fi Fiqh al-Lughoh al-Qrobiyah Dr. Louis Awad berasumsi bahwa tujuan dari pembahasannya tersebut untuk mengungkapkan fakta bahwa bahasa Arab berasal dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Beliau mengatakan:

Faktanya, bahasa Arab berasal darirumpun bahasa Indo-Eropa jauh sebelum orang Arab berpindah dari tanah air mereka Qouqoz (Kaukasus) menuju Semenanjung Arab yang mereka tempati sekarang.Dan bangsa Arab – seperti yang Dr. Louis Awad sangkakan- bukanlah keturunan asli dari bangsa Indo-Eropa melainkan bangsa yang masuk ke dalam rumpun bangsa Indo-Eropa Selanjutnya, Louis Awad mengemukakan atas pertimbangan-pertimbangan dari kajian-kajian yang dia lakukan, wajar jika bahasa Arab masuk dalam rumpun bahasa-bahas Indo-Eropa.

“Kesimpulan dari kajian saya tentang Fiqh Al-Lughah Al-Arobiyah bahwa Bahasa Arab merupakan salah satu rumpun bahasa yang berasal dari sejarah bahasa Indo-Eropa.Bangsa Arab merupakan satu gelombang migrasi yang paling akhir sekalidari beberapa migrasi yang telah dilakukan sebelumnya menuju daerah Semenanjung Arab melalui pedalaman Syam dengan membawa bahasa asli mereka yaitu bahasa Qouqoziyah yang merupakan rumpun bahasa dari bahasa Indo-Eropa.

Maka dengan ini, Dr. Louis Awad ingin mengatakan bahwa bangsa Arab merupakan satu gelombang migrasi terakhir dari beberapa migrasi yang telah dilakukan sebelumnya ke tanah Jazirah melalui daerah pedalaman Syam yang membawa bahasa mereka Qouqoziyah (Kaukasus) yang beragam dari komunitas Indo-Eropa

Dr. Louis Awad telah menuduh bangsa Arab dan pakar linguistik Arab yang berpendapat bahwa tidak adanya bahasa Ajam dalam bahasa Arab dan Al-Qur‟an merupakan bentuk rasisme dan fanatisme. Dan dalam hal ini ia sengaja menyindir para pakar bahasa Arab terdahulu yang telah banyak menjelaskan tentang adanya saling pengaruh dan mempengaruhi yang terjadi antara bahasa Arab dengan bahasa-bahasa lain.

Selanjutnya Dr. Louis Awad menggunakan istilah Arab (secara khusus) dan Semit (secara umum), sejak munculnya sejarah (bangsa Semit) mereka telah menempati daerah selain Jazirah Arab.Dalam hal ini Dr. Louis Awad ingin mengatakan bahwa Jazirah Arab bukan tempat kelahiran bangsa Arab (juga bangsa Semit) pertama kali, akan tetapi mereka datang dari daerah lain (dengan melakukan migrasi) menujuke Jazirah Arab. Dengan berbagai cara dan argumen yang dia kemukakan, Louis Awad berusaha menjadikan tempat asal Bangsa Semit dengan Bangsa Aria bersamaan, dia berusaha mengaburkan sejarah dengan menyatakan bahwa tidak ditemukan istilah bangsa Semit kecuali di dalam kelompok besar bangsa Indo-Eropa

Untuk mendukung pendapatnya tersebut Dr. Louis Awad mengikuti pendapat Contenau yang mengatakan bahwa dahulunya ada tiga ras manusia yang hidup di daerah Irak Kuno:

1. Penduduk asli (Irak Kuno), penduduk Sumeria dan penduduk Kaukasia, yang sekarang dikenal dengan orang-orang Asia.

2. Indo-Eropa, mereka adalah bangsa Irania, Meitania. Dari situ muncullah bahasa Indo Eropa.

3. Bangsa Semit, mereka adalah bangsa Akkadia dari penduduk Babilonia, Asyuria,  Amurya dan Aramia. Mereka ini menggunakan bahasa Semit.

Dalam hal ini Dr. Louis Awad berpegang pada pendapat yang tidak didukung oleh bukti-bukti yang kuat, dan mengenyampingkan pendapat lain yang lebih kuat, dan lebih memiliki data-data yang kuat tentang keberadaan bangsa Semit sebagai bangsa yang pertama.

Share:

Asal-Usul Bangsa Arab

 


Louis Awad adalah seorang pemikir dan penulis Mesir.Lahir di Mesir Hulu pada 21 Desember 1914, tepatnya di Desa Syarunah, di sebelah Timur Sungai Nil.Louis Awad hidup dalam keluarga kelas menengah, dengan sepuluh bersaudara.

 Al-Qur‟an yang diturunkan dengan bahasa Arab, menjadikan bahasa Arab menempati tempat yang istimewa dibandingkan dari bahasa-bahasa lain. Al-Qur‟an juga memberikan pengaruh terhadap kehidupan orang Arab, baik dari segi akhlak, akidah dan dari segala aspek kehidupan mereka.Begitu juga Al-Qur‟an memberikan pengaruh terhadap bahasa Arab, menjaga kelestarian bahasa Arab.1Walaupun demikian, bukan berarti Al-Qur‟an dan bahasa Arab terlepas dari penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan musuh-musuh Islam (terutama dari kalangan orientalis), yang dengan berbagai cara dan upaya memutarbalikkan fakta sejarah terkait Al-Qur‟an dan bahasa Arab. Oleh karena itu, umat Islam harus selalu waspada terhadap informasi yang datang dari musuh-musuh Islam.

Ada dua isu penting yang akan dibahas dalam tulisan ini terkait penjelasan Dr. Louis „Awad, Pertama, bahwa bangsa Arab khususnya, dan bangsa-bangsa Semit secara umum, sejak dimulainya sejarah manusia, mereka menempati daerah-daerah selain Jazirah Arab, dengan kata lain bahwa Jazirah Arab bukan tanah kelahiran bangsa Arab. Kedua, penduduk Arab tidak melakukan migrasi dari Jazirah Arab.Akan tetapi malah sebaliknya, mereka melakukan migrasi dari luar Jazirah Arab untuk tinggal di Jazirah Arab.Oleh sebab itu, tulisan ini mencoba menelusuri sejarah bahasa Arab, asal-usulnyadan kritikan atas penyimpangan sejarah yang dilakukan oleh Louis Awad terhadap bahasa Arab.

Share:

Popular Posts

By Akhi Amirul. Powered by Blogger.

Small text message

Search This Blog

Dunia Belajar 2709

Dunia Belajar 2709

Pages - Menu

Sitemap Menu

Artikel

Youtube - Akhi Amirul

Recent Posts